Selamat Datang Di Website/Blog KUA Kecamatan Sendana Kementerian Agama Kabupaten Majene...Hubungi Kami Di Jl. Sultan Alauddin No. 02 Somba kecamatan Sendana Kodepos 91452 Email: kuasendana@kemenag.go.id Facebook: Kua Sendana Majene
NIKAH DI KANTOR / BALAI NIKAH Rp. 0,- NIKAH DILUAR KANTOR / JAM KERJA Rp. 600.000,- CATATKAN PERNIKAHAN ANDA DI KUA SETEMPAT...CIPTAKAN ZONA NYAMAN,ZONA INTEGRITAS, DAN NO GRATIFIKASI

Jumat, 18 September 2015

PERAN PEMUDA (MAHASISWA) DARI MASA KE MASA.....



Penulis : Armin Karim, SS
(Staf KUA Kec. Sendana)
(Mantan Sekjend DPP IPPMIMM)

Pada awal abad dua puluh, eksistensi mahasiswa di indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan mahasiswa pribumi (kelas sosial terpelajar)  mengisi peran strategis dalam masyarakat. Mahasiswa terlibat aktif dalam gerakan-gerakan konstruktif atau perubahan, kala itu mahasiswa jadi penggerak utama perubahan sosial politik di tanah air, sampai akhirnya aktivitas mahasiswa merambah ke wilayah yang lebih luas, bukan sekedar belajar di perguruan tinggi tetapi mereka juga aktif diluar kampus sehingga aktivitas ini biasa disebut Gerakan Mahasiswa. Gerakan ini hampir ada di seluruh belahan dunia. Terkadang tanpa perencanaan matang. Jadi, tak salah bila ada anggapan gerakan mahasiswa pada saat itu hanya momentum semata, bukan karena kesadaran. Tetapi apapun anggapan masyarakat kala itu, salah satu tujuan gerakan mahasiswa akan membongkar paradigma lama yang ada di masyarakat. Bahwa mahasiswa berada di menara gading, jauh dari persoalan yang dihadapi masyarakat. Di sini pentingnya dibangun gerakan, untuk perubahan masyarakat ke arah lebih baik. Gerakan  mahasiswa juga akan meningkatkan daya kritis mahasiswa dalam melihat berbagai persoalan di tengah masyarakat, baik konteks lokal, nasional maupun internasional.

Tinta emas sejarah mencatat indah pergerakan mahasiswa yang diartikan sebagai pengakuan terhadap peran sentral mahasiswa dalam perjalanan bangsa. Angkatan 1908, 1928, 1945, 1966, 1974 hingga 1998. Secara historis gerakan mahasiswa dan kepemudaan Indonesia dimulai masa pra kemerdekaan. Tahun 1908, 23 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda mendirikan wadah perkumpulan Indische Vereniging. Di Indonesia pada tahun yang sama berdiri organisasi kepemudaan Budi Utomo. Indische Vereniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia untuk mengakomodasi semua orang Hindia (Indonesia) tanpa diskriminasi. Sekitar tahun 1923 sampai 1930 organisasi ini berubah jadi organisasi politik. Sebuah metamorfosis yang berani demi merebut hati rakyat untuk mencapai kemerdekaan. Semangat makin mengkristal hingga lahir Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Setelah Indonesia merdeka, pada masa rezim Orde Lama, terdapat tiga kekuatan bangsa kala itu yakni  Mahasiswa, Presiden Soekarno dan Angkatan Darat. Peran mahasiswa tumbuh bersama dengan terbentuknya Badan Kerjasama Pemuda dan Militer. Ini forum pertama gerakan mahasiswa selama ikut dalam kancah politik atas nama sendiri. Sampai masa kemelut ekonomi dan politik pada 1966, dibarengi kudeta PKI—meski faktanya masih kontroversial pada 30 September 1966—terjadi chaos di Bumi Pertiwi. Pemimpin mahasiswa tergabung dalam KAMI dan KAPPI menjalin kerjasama erat dengan militer, terutama pimpinan Angkatan Darat, menaikkan Jenderal Soeharto dan lahirlah Orde Baru.

Banyak momentum politik yang melibatkan mahasiswa saat Orde Baru. Misalnya, tuntutan mahasiswa tahun 1974. Peristiwa Malari, gerakan menolak produk Jepang dan munculnya sinisme terhadap warga keturunan. Dari peristiwa ini lahir nama tokoh mahasiswa yang mencuat seperti Hariman Siregar, dan mahasiswa yang gugur Arif Rahman Hakim. Gerakan ini berlanjut sampai 1978, meminta Presiden Soeharto mundur. Peristiwa tersebut berbuntut ditangkap dan diadili banyak aktivis mahasiswa. Sejak itu, pemerintahan Soeharto menerapkan langkah untuk membungkam setiap gerakan mahasiswa. Depolitisasi mahasiswa dan mengintegrasikan kampus menjadi bagian birokrasi Negara jadi langkah pemerintah. Itu berakibat penghancuran infrastruktur politik mahasiswa. Kegiatan mahasiswa dikontrol birokrasi kampus (Rektorat) yang merupakan perpanjangan tangan negara. Sejak saat itu, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa. Konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) diberlakukan secara paksa oleh pemerintah. NKK diberlakukan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Daoed Yusuf dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1979. Konsep ini mengarahkan mahasiswa hanya pada jalur akademik dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai dapat membahayakan posisi rezim Soeharto.

Sedangkan BKK dilaksanakan berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 yang membahas Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dimantapkan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Penataan Kembali Lembaga Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Kebijakan BKK melarang dihidupkannya Dewan Mahasiswa dan hanya mengizinkan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Sejak NKK/BKK dibentuk mahasiswa tak lagi terlibat dalam politik kampus dan nasional. Model gerakan mahasiswa berubah total dari pola gerakan jalanan (demonstrasi) ke pola yang lebih “aman” berupa kajian intelektual. Memprihatinkan.

Sejalan dengan itu muncul banyak kelompok studi di berbagai kampus sebagai ajang aktualisasi. Ia berlangsung hingga akhir 1997. Model kajian dapat dikatakan investasi gerakan yang akhirnya meledak pada akhir 1997, saat Indonesia dilanda krisis moneter. Para aktivis mahasiswa melakukan gerakan menuntut Soeharto mundur. Muncul banyak elemen aksi mahasiswa bersifat instan, seperti Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ),  Forum Bersama (Forbes), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan  Forum Kota (Forkot). Dengan ideologi berbeda, satu hal satukan mereka, menuntut Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Gerakan mahasiswa bersama rakyat diwarnai berbagai kerusuhan, terutama di Jakarta dan kota besar lainnya. Peristiwa Cimanggis, Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II serta Tragedi Lampung. Gerakan terus berlanjut hingga pemilu 1999. Puncaknya visi bersama “Turunkan Soeharto” terwujud pada 21 Mei 1998. Soharto menjabat Presiden selama 32 tahun. Ia diturunkan karena terjadi penyalahgunaan kekuasaan, termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Di sinilah periode emas gerakan mahasiswa.

Perubahan politik nasional pada 1998 dikenal dengan istilah “gerakan reformasi”. Namun ia tidak serta merta membawa perubahan menyeluruh dalam sendi kehidupan masyarakat. Berbagai rezim berganti: Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo. Namun perubahan yang dicita-citakan mahasiswa belum banyak memenuhi harapan. Di sinilah harapan gerakan mahasiswa berperan, menuntaskan agenda reformasi dan melawan segala bentuk penindasan di negeri ini. Tentunya tidak melupakan momentum gerakan pada teritorial kedaerahan masing-masing.

PEMUDA  MASA KINI

Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.

Pemuda-pemuda generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah. Pemuda-pemuda zaman dahulu lebih berpikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak, tetapi mereka merumuskannya secara matang dan mengkajinya kembali dengan melihat dampak-dampak yang akan muncul dari berbagai aspek.

Pemuda zaman sekarang, masih terkesan acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah disalahgunakan. Peranan pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya. Padahal, dulu biasanya pemuda lah yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan Hari Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain.

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Pemuda harus bisa bersosialisasi dalam masyarakat dan mampu memberikan contoh yang baik untuk masyarakat. Dan mampu menyalurkan aspirasi rakyat kepada pemerintah, tetapi tidak dengan cara yang anarkis. Kini perananan tersebut sudah menurun drastis, karena pemuda sekarang lebih suka dengan kesenangan dan selalu mementingkan diri sendiri.

Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain. Masyarakat merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan ekonomi. Tapi ketika kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik 180 derajat, masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan sehari-hari pun direduksi menjadi bisnis dan pasar. Dampak langsung yang bisa dirasakan semenjak kenaikan BBM tahun 2005 antara lain terjadi inflasi, daya beli masyarakat menurun, kesehatan masyarakat menurun (kekurangan gizi), angka anak putus sekolah (drop out), angka kematian anak, pengangguran dan kemiskinan meningkat. Sangat disayangkan apabila kita melihat pengambaran mengenai pemuda seperti diatas. Karena pemuda mempunyai semangat untuk melakukan perubahan yang sangat berpengaruh dalam meneruskan perjuangan bangsa dan agama.

Ada beberapa solusi agar pemuda tidak kehilangan jatidirinya, yaitu disini sangat dibutuhkan peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya agar bisa menjadi pemuda yang berguna. Selain itu, pendidikan agama dan akhlak yang mulia juga harus ditanamkan kepada para generasi muda agar tidak mudah terpengaruh kedalam pengaruh tindakan kemaksiatan.
Oleh karena itu Kita sebagai pemuda-pemudi harapan bangsa jangan sampai kehilangan identitas kita. Matri kita mulai perubahan dari diri kita sendiri agar kita dapat memajukan bangsa ini dan dan kita dapat menjadi pemuda yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar