Selamat Datang Di Website/Blog KUA Kecamatan Sendana Kementerian Agama Kabupaten Majene...Hubungi Kami Di Jl. Sultan Alauddin No. 02 Somba kecamatan Sendana Kodepos 91452 Email: kuasendana@kemenag.go.id Facebook: Kua Sendana Majene
NIKAH DI KANTOR / BALAI NIKAH Rp. 0,- NIKAH DILUAR KANTOR / JAM KERJA Rp. 600.000,- CATATKAN PERNIKAHAN ANDA DI KUA SETEMPAT...CIPTAKAN ZONA NYAMAN,ZONA INTEGRITAS, DAN NO GRATIFIKASI

Selasa, 09 Agustus 2016

Pullandoq Dan Puccecang Tokoh Dongeng Tanah Mandar Yang Terkikis Oleh Zaman..

oleh Heriadi Darwis   
Rabu, 02 Oktober 2013 21:56 | Tampil : 2162 kali. 
Kisah cerita lokal bertemakan anak-anak juga dikenal di daerah Mandar, salah satunya dengan tokoh yang selalu dipasangkan berdua, yaitu si Puccecang dan si Pullandoq. Dua tokoh yang selalu menjadi tema sentral cerita untuk kalangan anak-anak, seringkali dijadikan sebagai cerita pengantar tidur oleh orang tua (bapak atau ibu kepada anaknya) dan (kakek atau nenek pada cucunya), atau pada saat waktu senggang. Cerita lokal bertemakan Pullandoq dan Puccecang selalu mengetengahkan kisah antara si cerdas dan si tolol ataukah dengan dua karakter baik dan buruk, atau rajin dan malas. Kisah yang berkembang di masyarakat Mandar dikisahkan dalam banyak versi.
pullandoq dan puccecang mandar
Ilustrasi tokoh Puccecang 
Berikut ini adalah salah satu versi cerita si Puccecang dan si Pullandoq :
"Dimesa wattu, puccecang annaq pullandoq mellambai di biring lembang. Ia riqo pullandoq, maqitai loka kaiyyang annaq mariri. Nasabaq andangi toriq mala mittekeq I  pullandoq jari nasioi puccecang mittekeq. Tappana riqo, mittekeqmi daiq puccecang. Tappana iwaomi puccecang, maquangi pullandoq" Buanganaq mai pirallisar loka puccecang, meloq toaq iyau maqande loka. Apari tia napogauq I puccecang, tittai\I naung anna maquangi " jagai mating loka kaiyyang annaq maririo pullandoq,,"
Dipolongi carita , tappa diang buqang milleneq daiq di Puccecang, tappana nasikkiq "anunna" I Puccecang. Tappa bemmeq i Puccecang sola lokana,..!
Terjamahannya adalah sebagai berikut :
"Disuatu waktu Puccecang dan Pullandoq berjalan ditepi sungai. Tiba-tiba pullandoq melihat pisang yang besar dan kuning, Karna Pullandoq tidak bisa memanjat, akhirnya si pullandoq meminta puccecang memanjat. Si Puccecang pun memanjat. Setelah ia berada diatas pohon, Pullandoq berkata " Lemparkan saya beberapa pisang, saya juga mau makan pisang". Lantas puccecang justru buang air besar dan berkata " Tangkaplah pisang besar dan kuning itu" 
Singkat cerita, Tiba-tiba ada seekor kepiting yang memanjat pohon itu dan menggigit kemaluan Puccecang. Akhirnya puccecang pun jatuh bersama pisangnya."
Demikianlah salah satu versi penggalan cerita tentang Pullandoq dan Puccecang yang 16 tahun yang lalu sering diceritakan oleh kakek dan bapak (aqba) si penulis. Cerita ini lucu dan mengandung nilai moral sehingga sangat cocok untuk kalangan anak-anak. 

Ironisnya, saat ini banyak generasi Mandar khususnya anak yang tumbuh di zaman digital dan zaman globalisasi tidak lagi mengenal tokoh dan cerita diatas. Padahal cerita ini adalah warisan budaya Mandar yang harusnya dilestarikan semua generasi. Lebih ironisnya lagi, Ada generasi yang seolah gengsi untuk melestarikan cerita ini. Kata mereka "ini kampungan (norak) kalau cerita tentang tokoh tradisional". Mereka lebih enjoy dengan tokoh -tokoh super hero seperti Naruto, Power Ranger, Superman, Batman, dll yang notabene produk luar luar negeri.
Sebenarnya tidak salah jika mereka mengidolakan tokoh-tokoh tersebut diatas, namun pertanyaannya adalah "Haruskah tokoh-tokoh tradisional seperti Pullandoq dan Puccecang terlupakan? Tentu jawabannya "tidak", oleh karenanya sebagai generasi Mandar marilah kita menjaga kearifan lokal ini dengan mencintai dan melestarikan cerita ini. Minimal, kita memperkenalkan tokoh Pullandoq dan Puccecang pada anak-anak disekitar kita, agar mereka semakin cinta dengan budaya Mandar.

Kamis, 31 Maret 2016

Pendidikan Agama Sarana Efektif Tangkal Radikalisme..

Jakarta (Pinmas) —- Pendidikan agama yang baik merupakan sarana efektif dalam upaya menangkal radikalisme.  Pendidikan agama juga menjadi proses terbaik untuk menanamkan nilai-nilai kesantunan, kedamaian, serta  bela negara dan kecintaan kepada Tanah Air.
Pandangan ini disampaikan Kabalitbang-Diklat, Abd. Rahman Mas’ud, saat mewakili Menteri Agama menjadi narasumber  pada Seminar Nasional Kurikulum Pertahanan dan Bela Negara Universitas Pertahanan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan RI di Jakarta, Selasa (29/03) kemarin. Menhan dan Menristek juga had
ir dalam seminar nasional yang diikuit para rektor perguruan tinggi negeri dan swasta.
Menurut Mas’ud, benih-benih munculnya tindakan kekerasan dengan motif agama berawal dari adanya pemahaman keagamaan yang bercorak literal-skiptural dan cenderung eksklusif. Pemahamaan seperti ini cenderung mengarahkan penganutnya untuk tidak toleran terhadap perbedaan dan kemajemukan. Padahal, Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara yang majemuk dan masyarakatnya dikenal sangat toleran.
Mas’ud menilai, langkah konkret yang dilakukan, termasuk oleh Kementerian Agama, dalam rangka kontra-radikalime adalah mengembangkan pendidikan agama yang moderat, rasional, santun, dan berorientasi pada kesadaran bela negara. Dalam konteks ini, lanjut Mas’ud, pesantren dalam banyak ragamnya merupakan lembaga kegamaan yang dapat menjadi basis utama dalam menanamkan bela negara dengan mengutamakan pembentukan pola pikir berbangasa dan memperkuat ideologi Pancasila . “Ajaran hubbul watan minal iman: cinta bangsa bagian dari iman cukup mengakar di mainstream dunia pesantren,” tutur Mas’ud. 
Namun demikian, selain soal kesantunan dan moderatism, Mas’ud menggarisbawahi pentingnya mengkaitkan pendidikan agama dan bela negara dengan common issues yang lebih menyentuh kebutuhan dasar manusia. Isu-isu strategis seperti kesejateraan ekonomi (entrepreneurship), kesehatan (reproduksi), kesetaraan gender (gender equity), dan kepemerintahan yang baik (good governance), perlu dikaitkan dengan pendidikan agama dan bela negara sehingga lebih kontekstual. Termasuk dalam hal ini adalah perlunya rembug bersama para pemimpin agama tentang permasalahan sosial terlebih tentang toleransi dan penghargaan perbedaan. (hb/mkd/mkd)

Selasa, 15 Maret 2016

MTQ Ke XXIX Tingkat Kabupaten Majene Di Somba kecamatan Sendana


Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an Ke 29 Tingkat Kabupaten Majene yang dilaksanakan di lapangan bura' sendana somba kecamatan Sendana berlangsung mulai tanggal 12 - 18 maret 2016.
Kegiatan tersebut di buka langsung oleh Wakil Bupati majene DR. Fahmi Massiara, SH, MH. Yang dihadiri seluruh camat dan pejabat eselon II dan III Pemkab Majene, dalam sambutannya Bupati Majene Terpilih ini menegaskan pentingnya kegiatan ini dilaksanakan secara continue demi menuju pemberantasan buta aksara baca alqur’an dan pembinaan generasi muda dalam mengembangkan pengetahuan tilawah agar kedepannya bisa meraih prestasi yang lebih dari apa yang ada sekarang.
Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten Majene H. Sufyan Mubarak, SH, MH. Melantik para dewan hakim yang akan bertugas menilai kemampuan para peserta dari semua cabang yang dilombakan, Sufyan berharah agar semua anggota dewan hakim member penilaian yang obyektif dan tidak berdasarkan hubungan emosional dan like dislike.
Berbagai perlombaan yang diikiuti peserta dari berbagai cabang yang mewakili delapan kecamatan se kabupaten majene, seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an, Hifdzil Qur’an, Kaligrafi, dll. Akan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat sendana yang kali ini menjadi tuan rumah Dalam Pelaksanaan MTQ dan memperkanalkan maskot ikan tuing-tuing yang setia menemani peserta yang terpajang kokoh di depan panggung tilawah dan menjadi ciri khas dari kecamatan sendana sebagai tuan rumah (Arm)

Kamis, 11 Februari 2016

Penilaian Hampir Sama: "Nilai RB Kemenag 2016 Ditargetkan Naik"

Irjen Kemenag m. Jasin
Depok [Itjennews] - Kegiatan Penilaian Mandiri Pelaksanaan reformasi birokrasi diselenggarakan lebih awal. Digawangi oleh Itjen, khususnya di Subbag Ortala sebagai motornya. Kegiatan ini sengaja diawalkan, mengingat penyusunan instrumen pengungkit yang lama, dan menghindari sulitnya mencari celah waktu apabila dilakukan di tengah bulan-bulan padat penyerapan anggaran. Acara PMPRB sore ini seyogyanya akan dibuka dan dihadiri langsung oleh Inspektur Jenderal Kementerian Agama, namun karena beliau berhalangan acara tetap berlanjut dan dibuka oleh Kasubbag Ortala Itjen, Bapak Nurul Badruttamam. Menurut beliau, kegiatan PMPRB ini adalah kegiatan paling "seksi". Sebab dari kegiatan nantinya akan berkaitan langsung dengan tunjangan kinerja (tukin) yang akan diterima oleh ASN Kemenag se-Indonesia.Selama ini kegiatan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi identik hanya bisa dilakukan oleh unit eselon satu, padahal Kemenpan selaku leading sector merekomendasikan kegiatan ini dapat diselenggarakan oleh satker selain unit eselon satu. Di samping untuk memudahkan pengumpulan eviden, diharapkan akan banyak satker yang bisa dijadikan sampel ketika dilakukan penilaian oleh Kemenpan. Oleh sebab itu, diharapkan setiap satker dapat menganggarkan sendiri kegiatan ini ke depan. Itjen sendiri akan terus mengawal serta mendorong indeks RB Kemenag agar terus meningkat. Sedikit catatan, harus ada regenerasi Tim RB yang nantinya dikoordinatori oleh unit eselon satu lainnya. "Ke depan kita harus terus termotivasi meningkatkan nilai RB, penilaian RB 2016 nggak jauh beda dengan tahun sebelumnya." Ujar Kasubbag Ortala Itjen itu. Namun, kita harus tetap mengutamakan kevalidan data eviden, serta terus menguatkan instrumen pengungkit. Seluruh satker harus lebih jujur dalam kelengkapan pengisian PMPRB, bila ada laporkan ada, dan bila tidak ada laporkan tidak ada, mengingat dalam PMPRB, penilaian tidak hanya dilakukan mandiri tetapi kemenpan RB juga menilai, selaku evaluator akhir dalam penentuan nilai indeks RB sebuah kementerian. Diharapkan nilai RB Kemenag tahun ini bisa naik signifikan. (Fajar)

Kamis, 04 Februari 2016

Pengembang Program Pemberdayaan Umat

Ikhtisar Jabatan:
Menerima, memeriksa, mengumpulkan bahan dan data Pengembang Program Pemberdayaan umat serta mengkaji dan mengembangkan Pemberdayaan Umat sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk tercapainya sasaran sesuai yang diharapkan.

Uraian Tugas
1.    Menerima serta memeriksa bahan dan data Pengembang Program Pemberdayaan umat sesuai dengan prosedur sebagai bahan kajian dalam rangka mengembangkan  Program Pemberdayaan umat
2. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan bahan dan data Pengembang Program Pemberdayaan umat sesuai spesifikasi dan prosedur untuk memudahkan apabila diperlukan;
3. Mempelajari dan mengkaji karakteristik, spesifikasi dan hal-hal yang terkait dengan Pengembang Program Pemberdayaan umat sesuai prosedur dalam rangka mengembangkan Program Pemberdayaan umat;
4.   Menyusun konsep Pengembangan Program Pemberdayaan umat sesuai dengan hasil kajian dan prosedur untuk tercapainya sasaran yang diharapkan;
5.  Mendiskusikan konsep Pengembangan Program Pemberdayaan umat dengan pejabat yang berwenang dan yang terkait sesuai prosedur untuk kesempurnaan Pengembangan Program Pemberdayaan umat;
6.  Menyusun kembali Pengembangan Program Pemberdayaan umat berdasarkan hasil diskusi sesuai prosedur untuk kelancaran dan optimalisasi Pengembangan Program Pemberdayaan umat;
7.  Mengembangkan Program Pemberdayaan umat sesuai rencana dan prosedur untuk optimalisasi hasil sesuai yang diharapkan;
8.  Mengevaluasi Pengembangan Program Pemberdayaan umat sasuai prosedur sebagai bahan perbaikan dan kesempurnaan tercapainya sasaran;
9.    Melaporkan hasil Pengembangan Program Pemberdayaan umat sesuai prosedur sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

10. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah atasan baik secara tertulis maupun lisan.

Jumat, 18 Desember 2015

Akuntabilitas Kinerja Kemenag Dinilai Baik

kinerja kemenag bernilai "B"
Jakarta (Pinmas) —- Kerja keras Kementerian Agama dalam melakukan perubahan dan reformasi birokrasi berbuah hasil. Kementerian yang bermotto “Ikhlas Beramal” ini diganjar penghargaan sebagai kementerian dengan akuntabilitas kinerja yang baik.
Hal ini ditandai dengan penghargaan kategori “B” pada Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Pusat dan Provinsi Tahun 2015. Penghargaan ini diberikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kala kepada Sekjen Kementerian Agama Nur Syam di Istana Wapres, Jakarta pada Selasa (15/12).
Di hadapan para Menteri Kabinet Kerja, Pimpinan Lembaga dan Instansi Negara, serta Gubernur, Jusuf Kalla mengatakan penghargaan tersebut diberikan kepada sejumlah instansi pemerintah, baik pusat maupun provinsi, yang mampu mengoptimalkan kinerja. Menurutnya, penilaian yang didasarkan pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ini dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) dibantu BPK, BPKP, KPK, BPS. Penilaian juga  mengacu kepada sistem Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan melihat seluruh aspek yang terkait dengan penerapan manajemen kinerja di instansi pemerintah.
Penghargaan ini menurut Wapres merupakan upaya untuk memberikan indikator bagi kemajuan bangsa. Dari penilaian ini,  setiap instansi diharapkan dapat mengukur capaiannya sehingga dapat terus melakukan perbaikan kinerja di masa yang akan dat
ang. “Tanpa evaluasi tentu akan sulit mencapai ke tingkat yang lebih baik lagi,” jelas Jusuf Kalla.
Sebelumnya, Menpan-RB Yuddy Chrisnandi menjelaskan bahwa  sesuai  UU No 28 Tahun 1999 tentang Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN, Pemerintah harus mampu mempertanggungjawabkan setiap semua program kegiatannya kepada masyarakat. Untuk itu,  Kemenpan RB  melakukan sejumlah evaluasi terhadap seluruh instansi/pemerintah baik di pusat maupun di daerah, yang bertujuan untuk menilai sejauh mana tingkat akuntabilitas atau pertangungjawaban terhadap hasil atau outcome pengunaan anggaran. 
“Ini dilakukan dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil atau result oriented government, serta  dapat memberikan saran perbaikan di masa akan datang,” ujar Yuddy.
Selain itu, dari hasil evaluasi ini, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga meningkat dari 64,70 pada tahun 2014 menjadi 65,82 pada tahun 2015. Sedangkan untuk pemerintah provinsi meningkat dari 59,21 pada tahun 2014 menjadi 60,47 pada tahun 2015 .
Kementerian Agama RI berhasil mendapatkan penghargaan kategori B dalam Penghargaan dan Penyerahan Hasil Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Pusat dan Provinsi Tahun 2015, dengan nilai 62,01. Sebelumnya Kementerian Agama memperoleh nilai 60,52.  (Rd/mkd/mkd)

Kamis, 19 November 2015

M. Jasin: Mari Semua Jadi Teladan, Omongan dengan Perilaku Harus Sama....

Irjen Kemenag, M. Jasin
Jakarta, bimasislam— “Sasaran reformasi birokrasi yang sekarang sedang kita laksanakan bukan hanya untuk pegawai bawah, tetapi seluruh PNS, termasuk para pejabat di lingkungan birokrasi. Kalau di Kementerian Agama, bukan hanya untuk penghulu, tetapi semua pejabat eselon I, II, III, IV, termasuk saya. Jadi tidak benar jika anda memahami bahwa penghulu jadi korban reforkasi birokrasi.” Demikian dikatakan oleh Irjen Kemenag, M. Jasin saat dikritik oleh penghulu pada kegiatan sosialisasi tentang reformasi birokrasi di Wisma Aceh, Jakarta (11/11).   M. Jasin menambahkan, semua pejabat memiliki tugas yang sama, memiliki resiko yang sama dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.   “Saya ingin mengatakan kepada saudara semua, bahwa saya berusaha menjalankan tugas dan fungsi saya dengan baik. Kalau para pegawai absen datang jam 7.30, pulang jam 16.00, saya pun sama, bahkan lebih sore atau malam. Kalau semua antri absen, saya juga ikut antri, gak ada perlu diistimewakan. Kalau pejabat eselon I pada pake mobil dinas Camry, saya cukup Kijang saja, kalau ada yang mau pakai silahkan. Saya juga tidak setuju isteri pejabat dapat fasilitas mobil, mereka kan bukan PNS, kalau saya tidak mau, semua harus sesuai aturan saja”, sindir mantan komisioner KPK ini.   Lebih lanjut Jasin mengatakan, bahwa seluruh pegawai perlu membiasakan diri untuk disiplin, tepat waktu, agar kultur kita bisa dirubah meski butuh waktu.   “Kalau saya menyanggupi undangan rapat misalnya, saya selalu datang tepat waktu. Kalau undangannya jam 13.00, saya sudah datang jam 12.30, sekalian shalat dzuhur. Mohon maaf saya tidak bermaksud riya’, tidak ada sama sekali, kalau kita bekerja dan waktu shalat masuk, ya bersegeralah shalat. Saya sudah melaksanakan seperti ini selama lebih 10 tahun saat. Jadi kita semua harus disiplin, menjadi contoh, jangan hanya bicara saja. Antara apa yang dikatakan dan dilakukan harus sama,” tegas Jasin di hadapan para Kepala KUA dan penghulu se Jakarta Barat dan Selatan.   Dalam pantauan bimasislam, kegiatan yang dihadiri oleh kepala KUA dan penghulu ini cukup dinamis. Satu masalah yang hangat diperbincangkan adalah tentang Surat Edaran Dirjen Bimas Islam terkait rangkap jabatan penghulu sebagai kepala KUA. Setidaknya ada beberapa hal yang diusulkan oleh Irjen dalam kaitan ini, yaitu menegaskan bahwa kepala KUA adalah penghulu yang diberikan tugas tambahan sebagai kepala KUA, dan kenaikan pangkatnya didasarkan pada angka kredit. (thobib/foto:bimasislam)